Peristiwa yang Menjadi Perjuangan Pemerintah Republik Indonesia di Sulawesi Selatan

Pada 10 Desember sampai 21 Februari telah terdapat peristiwa kampanye Sulawesi Selatan yang mana menjadi bagian Revolusi Nasional Indonesia. Dalam kampanye tersebut menghadirkan dua pihak yaitu pihak dari Republik Indonesia dengan pihak Belanda yang berupaya untuk merebut kekuasaannya kembali dengan cara membentuk negara bagian yaitu negara Sulawesi Selatan.

Perlu Anda ketahui bahwa sebelumnya telah terjadi pemberontakan di Sulawesi Selatan yang mana pihak Belanda dikendalikan oleh seorang kapten kontroversial bernama Raymond Westerling. Dalam operasinya, mereka telah melakukan pemberontakan terhadap warga lokal dengan melaksanakan eksekusi mati jika terdapat orang-orang yang berani menentang.

Nah, supaya Anda dapat mengenal lebih jauh, marilah kita simak ulasan tentang peristiwa yang menjadi perjuangan pemerintah Republik Indonesia di Sulawesi Selatan, yaitu sebagai berikut.

 

Peristiwa yang Menjadi Perjuangan Pemerintah Republik Indonesia di Sulawesi Selatan

Pada tahun 1816 sampai dengan tahun 1905, Belanda telah memperkokoh kendalinya terhadap negara Sulawesi Selatan. Belanda telah merubah wilayah Sulawesi Selatan menjadi wilayah Hindia Belanda. Dikala itu, Belanda juga  diserang oleh sebagian besar tentara Jepang yang ikut mencampuri wilayah tersebut.

Ketika Sulawesi Selatan berada di tangan pemerintahan Jepang, mereka berupaya menghancurkan gerakan Republik Indonesia. Namun, dikarenakan tentara nasionalis Jepang lemah, mereka tidak dapat menahan serangan dari Belanda dan Australia yang ikut serta memberikan perlawanan untuknya.

Dari peristiwa tersebut, wilayah tersebut pun berhasil diambil alih oleh Belanda. Hingga pada 5 April 1946, pemerintah Republik Indonesia beserta Gubernur Sam Ratulangi, mereka ditahan oleh Belanda. Begitupun dengan bangsawan pro republik serta para pendukungnya, mereka juga ikut serta mengalami penahanan.

Akan tetapi, perlawanan harus dilanjutkan oleh sekelompok intelektual, gerilya pro republik, militan, bangsawan dengan cara menggunakan metode Jawa. Disinilah, Belanda menganggap perlawanan tersebut sebagai wujud dominasi Jawa dan komunisme internasional. Disisi lain, mereka juga menganggap bahwa penduduk pribumi resistensi dari adanya perubahan revolusioner.

Seiring berjalannya waktu, Belanda mengadakan Konferensi Malino pada bulan Juli 1946. Pada Konferensi Malino tersebut, mereka berusaha mewujudkan Sulawesi Selatan menjadi negara bagian. Hal ini dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhinya yaitu pemerintah Sulawesi Selatan menjadi lemah karena semakin rendahnya ekonomi, tidak terdapat pemerintahan sipil dan gagal panen. 

Dari sinilah, pemerintah Republik Indonesia mulai memberikan pelatihan kepada kelompok gerilya Sulawesi Selatan guna membantu melakukan perlawanan untuk membubarkan negara bagian tersebut.

Dari perlawanan tersebut menjadikan taktik Belanda mengalami kegagalan sehingga memaksa pemerintah dari Hindia Belanda supaya mengadakan kampanye perdamaian yang dilakukan pada bulan  Desember 1946 sampai dengan Februari 1947. Pasalnya, taktik-taktik sebelumnya, Belanda fokus melakukan penahanan sehingga hal ini memberikan peluang untuk bangsa Indonesia melakukan perlawanan.

Menurut kapten kontroversial Raymond Westerling, mendamaikan antara bangsanya dengan Sulawesi Selatan tanpa adanya ribuan korban hanya dapat diraih dengan cara melaksanakan pengadilan ditempat yang mana siapapun yang terduga menentang akan dieksekusi mati. Cari ini dikenal dengan sebutan Metode Westerling.

Raymond Westerling ini dikenal sebagai tokoh yang sangat mengerikan bagi rakyat Indonesia, karena aksinya yang sangat kejam. Ia mengendalikan semuanya guna menghilangkan pemberontakan yang dilakukan oleh pihak Indonesia. Akan tetapi, sebagian besar rekan-rekan dan beberapa masyarakatnya mengkritik keras karena aksi-aksinya yang begitu kejam.

Selain itu, pemerintahan Belanda juga melakukan penyelidikan resmi atas metode westerling ini yang dianggap membahayakan bangsanya. Akan tetapi, penyelidikan tersebut tidak mendapatkan bukti yang kuat yang berarti Raymond Westerling dianggap tidak membahayakan sehingga ia sudah bukan lagi tersangka.

Namun, hal ini berbanding terbalik dengan penyelidikan pemerintahan Belanda, yang mana dalam aksi-aksi nya tidak berprikemanusiaan. Hingga pada akhirnya pemerintah Republik Indonesia berusaha mengadili dan memaksa Westerling untuk bertanggung jawab terhadap puluhan ribu orang yang telah ia bunuh. Dalam aksinya telah menghabisi sekitar 40.000 korban jiwa.

 

Demikianlah peristiwa yang menjadi perjuangan pemerintah Republik Indonesia di Sulawesi Selatan. Dapat disimpulkan bahwa tanpa perjuangan pemerintah Republik Indonesia, mungkin kekejaman Westerling terus dilaksanakan. Oleh karena itu, perlunya kita mengapresiasi kepada pemerintah Republik Indonesia yang sudah berjuang membebaskan penderitaan rakyatnya dan telah berhasil membubarkan negara bagian tersebut.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *