Perkembangan Sejarah Indonesia Setelah Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia mencapai puncaknya yaitu kemerdekaan, ternyata tidak sesuai dengan apa yang bangsa Indonesia harapkan. Bagaimana tidak, negara penjajah masih saja melakukan penyerangan baik fisik maupun non fisik meskipun kemerdekaan telah diproklamasikan sejak 1945. Perlu Anda ketahui bahwa setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, sebagian besar wilayah Indonesia juga sudah diakui oleh negara penjajah.

Lalu bagaimana perkembangan sejarah Indonesia setelah masa kemerdekaan? Baiklah, mari kita simak melalui ulasan berikut ini.

 

Pada Masa Tahun 1945

1. Datangnya Inggris Bersama AFNEI

Pada tanggal 24 Agustus 1945, kedua pihak yang meliputi Belanda dan Inggris telah bersepakat untuk melakukan penjajahan kembali terhadap Indonesia. Tepat pada tanggal 29 September, tentara Inggris sebagai wakil Sekutu telah tiba di Jakarta bersama Dr, Charles van der Plas sebagai wakil Belanda terhadap Sekutu. Datangnya ternyata Sekutu juga dibarengi oleh NICA (Pemerintahan sipil Hindia Belanda)

Meskipun demikian, Dr. Hubertus J van Mook sebagai pemimpin NICA telah menyatakan bahwa dirinya tidak akan berbicara atau melakukan perundingan dengan Soekarno, sebab Soekarno sendiri dianggap telah melakukan kerja sama dengan pemerintahan Jepang.

 

2. Adanya Pertempuran Sengit

Tidak hanya satu dua peperangan, melainkan cukup banyak penyerangan pada tahun 1945 terhadap Indonesia, diantaranya yaitu sebagai berikut:

  • Pertempuran Bojongkokosan (Sukabumi, 9 Desember 1945)
  • Pertempuran Lima Hari (Semarang, 15-19 Oktober 1945)
  • Peristiwa 10 November (Surabaya, 10 November 1945)
  • Pertempuran Medan Area (Medan, 10 Desember 1945)
  • Palagan Ambarawa (Semarang, 12-15 Desember 1945)

 

3. Sistem Pemerintahan Diubah

Pengakuan dari van Mook tidak akan berbicara atau melakukan perundingan dengan Soekarno menjadi salah satu penyebab pergantian sistem pemerintahan yaitu dari presidensial diganti menjadi parlementer. Seiring berjalannya waktu, gelagat tersebut sudah diketahui pihak Indonesia, sebab hal ini terjadi sebelum hadirnya Sekutu. 

Tepat pada tanggal 14 November 1945, kepala pemerintahan telah diganti yang awalnya Soekarno menjadi Sutan Sjahrir. Sutan Syahrir merupakan seorang yang berprofesi sebagai sosialis yang dipandang figur yang sangat sesuai untuk dijadikan sebagai ujung tombak atau kepemimpinan diplomatik.

Meskipun demikian, pemerintahan Indonesia mempunyai alasan mengapa sistem pemerintahannya diubah, sebab jika Soekarno yang berunding tentu memicu banyak penolakan, sementara Sutan Sjahrir kebalikannya. Meskipun beberapa tawaran tersebut diterima, Sutan Sjahrir memberikan syarat yaitu syarat pengakuan Belanda untuk Republik Indonesia.

 

Pada Masa Tahun 1946 dan 1947

1. Ibu Kota Dipindahkan

Ketika tahun 1945 akan berakhir, situasi menjadi semakin memburuk yang mana keamanan ibu kota Jakarta (Batavia) semakin kacau. Bagaimana tidak, seringkali Indonesia menghadapi beberapa serangan dari Belanda, begitupun sebagian menteri juga terkena serangan fisik. Oleh karena itu, Soekarno dan Hatta serta seluruh menteri memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan memindahkan ibu kota ke Yogyakarta demi keselamatan mereka.

 

2. Adanya Pertempuran Sengit

Pertempuran tidak hanya terjadi pada tahun 1945 saja, melainkan juga terjadi pada tahun 1946 dan 1947 yang meliputi:

  • Pertempuran Lengkong (Serpong, 25 Januari 1946)
  • Bandung Lautan Api (Bandung, 23 Maret 1946)
  • Pertempuran Selat Bali (Bali, 5 April 1946)
  • Pertempuran Margarana (Bali, 20 November 1946)
  • Pembantaian Westerling (Sulawesi Selatan, 11 Desember 1946-10 Februari 1947)
  • Pertempuran Lima Hari Lima Malam (Palembang, 1-5 Januari 1947)
  • Pertempuran Laut Cirebon (Cirebon, 7 Januari 1947)
  • Pertempuran Laut Sibolga (Sibolga, 12 Mei 1947)
  • Agresi Militer Belanda 1 (Jawa dan Sumatera, 21 Juli-5 Agustus 1947)
  • Pembantaian Rawagede (Karawang, 9 Desember 1947)

 

3. Penculikan Sutan Syahrir

Awal mula terjadinya peristiwa penculikan yaitu dikarenakan beberapa tawaran yang diberikan Belanda telah ia terima. Dari hal tersebut memicu perdebatan yang hingga pada akhirnya Sutan Syahrir sendiri diculik dan ditahan karena dianggap sebagai pengkhianat yang mana ia telah menjual tanah airnya. Meskipun demikian, penahanan tersebut tidak lama, hingga pada akhirnya Sutan Syahrir diutus kembali untuk menjadi Perdana Menteri.

 

Pada Masa Tahun 1948 dan 1949

1. Perjanjian Renville

Pembentukan Renville tak lain dengan tujuan Indonesia harus diberi keadilan yang mana Belanda tetap berdaulat hingga sudah terbentuknya Republik Indonesia Serikat. Itu artinya, kedudukan Indonesia dan Belanda tidak dibedakan atau mempunyai kedudukan yang sama. Dari peristiwa tersebut, Indonesia mendapat beberapa keuntungan yang tak lain sedikit demi sedikit dapat mempertahankan tanah air.

 

2. Adanya Pertempuran Sengit

Pada dasarnya tidak semua keputusan dapat diterima oleh penjajah. Dengan demikian, mereka belum puas hingga terjadi pertempuran sengit diantaranya yaitu sebagai berikut:

  • Agresi Militer II ( Yogyakarta, 19-20 Desember 1948)
  • Serangan Umum 1 Maret 1949 (Yogyakarta, 1 Maret 1949)
  • Serangan Umum Surakarta (Surakarta, 7-10 Agustus 1949)

 

3. Penyerahan Kedaulatan dari Belanda

Tepat pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda telah mengakui bahwa Indonesia dinyatakan merdeka. Pengakuan tersebut dilakukan pada saat Soevereiniteitsoverdracht (Penyerahan Kedaulatan) yang disetujui dan ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam, Belanda. Oleh karena itu, perselisihan telah diakhiri pada 27 Desember 1949.

 

Demikianlah ulasan yang membahas terkait perkembangan sejarah Indonesia setelah masa kemerdekaan. Dapat kita simpulkan, Indonesia sudah benar-benar merdeka pada tahun 1949 meskipun telah diproklamasikan sejak tahun 1945. Kita sebagai penerus, sebaiknya mengapresiasi dan mencontoh karakter para pejuang demi mempertahankan negara Indonesia.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *