Di pinggiran kota Cileunyi, hiduplah seorang penjual cilok keliling bernama Mang Ujang. Setiap hari ia dorong gerobaknya sejak pagi hingga malam. Penghasilannya cukup untuk makan, tapi impian punya warung sendiri selalu terasa jauh.
Hari sudah larut. Mang Ujang baru pulang, lelah dan hanya berhasil membawa pulang Rp 30 ribu setelah seharian keliling. Ia duduk di emperan rumah kontrakan, membuka HP Android lamanya yang layarnya sudah retak, lalu membuka aplikasi yang biasa ia pakai buat iseng: slot game Gates of Olympus — atau yang lebih akrab ia sebut, "Kakek Zeus".
“Iseng aja lah... siapa tahu Kakek Zeus kasihan sama tukang cilok,” gumamnya, sambil mengisi saldo Rp 20 ribu terakhir dari e-wallet.
Dengan nominal bet kecil, Mang Ujang mulai memutar. Beberapa kali spin, tidak ada hasil. Tapi tiba-tiba...
Jantungnya berdegup. Tangannya gemetar. “Kakek beneran dateng...,” katanya lirih.
Layar mulai berguncang, dan kilatan petir menyambar dari langit Olympus. Di sinilah keajaiban dimulai.
Mang Ujang menjatuhkan HP-nya. Ia kira layar rusak. Tapi itu nyata. Benar-benar nyata.
Keesokan paginya, para pelanggan melihat gerobak cilok Mang Ujang beda. Bersih. Baru. Spanduk warna emas dengan tulisan:
“Cilok Zeus – Rasanya Mengguncang Langit!”
Orang-orang tertawa, tapi Mang Ujang hanya senyum. Ia tak menceritakan semuanya, hanya berkata:
“Kadang, yang bener-bener niat kerja keras... dikasih hadiah juga sama yang di atas — atau ya, sama Kakek Zeus.”
Sejak itu, cilok Mang Ujang laris manis. Ia tak lagi pasang taruhan, cukup sekali itu saja. Baginya, rezeki 12,6 juta dari modal 20 ribu adalah pertanda — bahwa harapan bisa datang dari mana saja, bahkan dari petir virtual di dunia digital.